Tuesday 17 December 2013

LALU LINTAS

Kapasitas jalan: 
Yaitu kemampuan ruas jalan untuk menampung sejumlah kendaraan secara maksimum dalam satuan jam.

Satuan kapasitas jalan adalah:
kendaraan/jam (kend/jam) atau satuan mobil penumpang/jam (smp/jam)

Kapasitas jalan tergantung pada kondisi ruas jalan terutama lebar perkerasan, menurut IHCM (1997), kapasitas dasar (C) dihitung dengan rumus:
C = 600 w, dengan w = lebar perkerasan (m)

Volume Lalu Lintas: 
adalah banyaknya kendaraan yang lewat pada suatu ruas jalan tertentu dalam satuan waktu jam.

Satuan volume lalu lintas adalah:

Untuk memudahkan dalam pengukuran volume lalu lintas (terutama untuk mix traffic) maka setiap jenis kendaraan diekivalensikan kedalam satuan kendaraan jenis penumpang yang diistilahkan dengan satuan mobil penumpang per jam (smp/jam), dengan demikian maka nilai ekivalensi mobil penumpang (emp) untuk
kendaraan mobil penumpang adalah satu.

Klasifikasi jaringan jalan

1. Berdasarkan Peran:
 Jalan Arteri
 Jalan Kolektor
 Jalan Penghubung
 Jalan Lokal
2. Berdasarkan Fungsi:
 Jalan Fungsi Primer
 Jalan Fungsi Sekunder
3. Berdasarkan Kewenangan:
 Jalan Nasional
 Jalan Kabupaten/Kota
 Jalan Desa
 Jalan Khusus
4. Berdasarkan Kelas Jalan:
 Jalan Kelas I
 Jalan Kelas II
 Jalan Kelas IIIa, IIIb, IIIc

Dalam penerapan di lapangan kelas jalan dapat berupa:
 Jalan Arteri Primer (antar kota)
 Jalan Kolektor Primer
 Jalan Arteri Sekunder (dalam kota)
 Jalan Kolektor Sekunder

Jalan Utama (Primer)
Jalan Raya Utama adalah jalan raya yang melayani lalu lintas yang tinggi antara kota kota yang penting atau antara pusat pusat produksi dan pusat pusat ekpor. Sifat lalu lintas jalan ini adalah cepat dan berat.

Jalan Sekunder
Jalan Raya Sekunder adalah jalan raya yang melayani lalu lintas yang cukup tinggi antara kota kota penting dan kota kota yang lebih kecil, serta melayani daerah daerah di sekitarnya.

Jalan Penghubung
Jalan Penghubung adalah jalan untuk keperluan aktifitas daerah yang juga dipakai sebagai jalan penghubung antara jalan jalan dari golongan yang sama atau yang berlainan.

Perencanaan Alinemen Horizontal

Alinemen horizontal adalah proyeksi sumbu jalan tegak lurus  pada bidang kertas ( peta ). Trase jalan  terdiri dari garis (tangen) dan garis lengkung . Tangen dibedakan menurut arah angka (azimuth), dan antara dua tangen yang berpotongan dihubungkan oleh garis lengkung yang berupa busur lingkaran yang berfungsi sebagai busur peralihan antara azimuth satu dengan azimuth yang lain.
Alinemen horizontal dapat ditunjukkan letak suatu titik atau bagian-bagian penting jalan.
Dalam merencanakan trase ( tikungan ) adalah :

  1. Kecepatan rencana
  2. Jari – jari tikungan minimum ( R minimum )
  3. Superelevasi ( c )
  4. Jarak pandang minimum
1.      Lengkung Lingkaran ( Circle – Circle )
Lengkung horisontal jenis ini direncanakan untuk jari – jari tikungan yang  besar. Besarnya jari – jari minimum untuk tikungan ini telah ditetapkan sesuai dengan kecepatan rencana dan kelas jalan.
Rumus – rumus yang digunakan :



2.      Lengkung  Spiral – Lingkaran – Spiral ( S – C – S )
Dipakai jika Lc > 25 m


3.      Lengkung Spiral – Spiral ( S – S )
Dipakai jika Lc < 25 m
Untuk perhitungan selanjutnya, dipilih yang terbesar antara Ls (dari tabel) dan
Ls yang dihitung

Dihitung ulang








Analisis Debit Berdasarkan Model FJ. Mock

Secara umum analisis debit berdasarkan data curah hujan yang sering dilakukan di Indonesia adalah menggunakan metode empiris dari Dr. FJ. Mock (1973) yaitu analisis keseimbangan air untuk menghitung harga debit bulanan berdasarkan tranformasi data curah hujan bulanan, evapotranspirasi, kelembaban tanah dan tampungan air tanah. Metode empiris tersebut digunakan apabila terdapat catatan debit sungai yang hilang.

Prinsip metode Mock menyatakan bahwa hujan yang jatuh pada daerah tangkapan air, sebagian akan hilang akibat evapotranspirasi, sebagian akan langsung menjadi direct runoff dan sebagian lagi akan masuk ke dalam tanah atau terjadi infiltrasi. Infiltrasi ini mula-mula akan menjenuhkan permukaan tanah, kemudian terjadi perkolasi ke air tanah dan akan keluar sebagai base flow . Hal ini terdapat keseimbangan antara air hujan yang jatuh dengan evapotranspirasi, direct runoff dan infiltrasi, dimana infiltrasi ini kemudian berupa soil moisture dan ground water discharge. Aliran dalam sungai adalah jumlah aliran yang langsung di permukaan tanah dan base flow.

Curah hujan rata-rata bulanan di daerah pengaliran sungai dihitung berdasarkan data pengukuran curah hujan dan evapotranspirasi yang sebenarnya dari data meteorology dengan menggunakan metode Penman dan karakteristik vegetasi. Perbedaan antara curah hujan dan evapotranspirasi mengakibatkan limpasan air hujan langsung (direct runoff), aliran dasar/air tanah dan limpasan air hujan lebat (storm runoff).
Data dan asumsi yang diperlukan untuk perhitungan metode Mock adalah sebagai berikut:
1.      Data Curah Hujan
 Data curah hujan yang digunakan adalah curah hujan 10 harian. Stasiun curah hujan yang dipakai adalah stasiun yang dianggap mewakili kondisi hujan di daerah tersebut.
2.      Evapotranspirasi Terbatas 
 Evapotranspirasi terbatas adalah evapotranspirasi actual dengan mempertimbangkan kondisi vegetasi dan permukaan tanah serta frekuensi curah hujan.
Untuk menghitung evapotranspirasi terbatas diperlukan data:
Ø  Curah hujan 10 harian (P)
Ø  Jumlah hari hujan (n)
Ø  Jumlah permukaan kering 10 harian (d) dihitung dengan asumsi bahwa tanah dalam suatu hari hanya mampu menahan air 12 mm dan selalu menguap sebesar 4 mm.
Ø  Exposed surface (m%) ditaksir berdasarkan peta tata guna lahan atau dengan asumsi:
m = 0% untuk lahan dengan hutan lebat
m = 0% pada akhir musim hujan dan bertambah 10%  setiap bulan kering untuk lahan sekunder.
m = 10% - 40% untuk lahan yang tererosi.
m = 20% - 50% untuk lahan pertanian yang diolah.
Secara matematis evapotranspirasi  dirumuskan  sebagai berikut:


Dengan:
Delta E = Beda antara evapotranspirasi potensial dengan  evapotranspirasi terbatas (mm)
Eactual = Evapotranspirasi terbatas (mm)
Epm     = Evapotranspirasi potensial (mm)
m         = singkapan lahan (Exposed surface)
n          = jumlah hari hujan 

3.      Faktor Karakteristik Hidrologi
Faktor Bukaan Lahan
m = 0% untuk lahan dengan hutan lebat
m = 10 – 40% untuk lahan tererosi
m = 30 – 50% untuk lahan pertanian yang diolah.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan untuk seluruh  daerah studi yang merupakan daerah lahan pertanian yang diolah dan lahan tererosi  maka dapat diasumsikan untuk faktor m diambil 30%.
4.      Luas Daerah Pengaliran
Semakin besar daerah pengaliran dari suatu aliran  kemungkinan akan semakin besar pula ketersediaan debitnya.
5.      Water Surplus
Water Surplus didefinisikan sebagai curah hujan yang telah mengalami evapotranspirasi dan mengisi soil storage (SS). Water Surplus secara langsung berpengaruh pada infiltrasi / perkolasi dan total run – off yang merupakan  komponen dari debit .
Persamaan Water Surplus (WS) adalah sebagai berikut :
WS = (P – Ea) + SS
Water Surplus adalah air permukaan run – off dan infiltrasi. Soil moisture
storage (SMS) terdiri dari soil moisture capacity (SMC), zona dari infiltrasi, limpasan permukaan dan soil storage.
Besarnya  Soil moisture storage (SMS) untuk masing – masing wilayah tergantung pada jenis tanaman, tutupan lahan (land cover) dan jenis tanah.
Dalam Mock, SMS dihitung sebagai berikut :
SMS = ISMS + (P - Ea)
6.      Kapasitas Kelembaban Tanah (SMC)
Soil Moisture Capacity adalah kapasitas kandungan air pada  lapisan tanah permukaan (surface soil) per m2. Besarnya SMC untuk perhitungan ketersediaan air ini diperkirakan berdasarkan kondisi porositas lapisan tanah permukaan dari DPS. Semakin besar porositas tanah akan semakin besar pula SMC yang ada. Dalam perhitungan ini nilai SMC diambil antara 50 mm sampai dengan 200 mm. 
Persamaan yang digunakan untuk besarnya kapasitas kelembaban tanah adalah:

Dengan:
Eactual         = evapotranspirasi aktual, mm/bulan;
SMS             = simpanan kelembapan tanah, mm/bulan;
ISMS           = kelembaban tanah awal, mm/bulan;
P                  = curah hujan bulanan, mm/bulan;
WS               = kelebihan air, mm/bulan;


Tuesday 26 November 2013

Bahan Bangunan

Bahan bangunan merupakan komponen penting dalam pelaksanaan pembangunan suatu proyek, oleh karena itu pembelian dan pengiriman bahan bangunan ke lokasi proyek harus lancar. Hal ini untuk menghindari keterlambatan pekerjaan dan terganggunya  rencana kerja harian.

Klasifikasi Bahan Bangunan

Berdasarkan jenis-jenisnya, bahan bangunan dapat di klasifikasikan sebagai berikut:
1.      Bahan bangunan kayu, misalnya: bekisting, papan, kaso, kusen.
2.      Bahan bangunan batu, misalnya: pasir, kerikil, semen, bata merah, batu pecah.
3.      Bahan bangunan baja, misalnya: baja tulangan, kawat pengikat tulang.
4.      Bahan bangunan pelengkap, misalnya: tegel, pipa instalasi listrik, pipa paralon dan pipa besi.

Penyediaan Bahan Bangunan

Bahan bangunan disediakan secukupnya agar tidak menghambat jalannya pembangunan dan tidak juga berlebihan karena membutuhkan tempat penyimpanan yang luas. Bahan yang terlalu lama disimpan akan mengalami kerusakan, terutama semen portland. Oleh karena itu dibutuhkan koordinasi dan kerja sama yang baik untuk meenyediakan bahan bangunan yang sesuai dengan kebutuhan.

Sebelum suatu pekerjaan dilaksanakan perlu dikontrol dahulu penyediaan bahan-bahan bangunan yang diperlukan.

Penyimpanan Bahan Bangunan

Untuk menjaga efisiensi waktu dan tenaga kerja, penyimpanan bahan bangunan di lapangan harus sedekat mungkin dengan tempat pekerjaan yang dilakukan, misalnya:
Ø  Semen portland harus disimpan dekat dengan tempat pengecoran atau beton molen.
Ø  Baja tulangan harus disimpan dekat dengan tempat pekerjaan baja.
Ø  Papan bekisting harus disimpan dekat dengan tempat pengerjaan kayu.
Berdasarkan cara penyimpanan di lapangan, bahan bangunan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Ø  Material yang disimpan di luar (di alam terbuka yang tak terlindung dari pengaruh hujan, panas matahari, kelembaban udara dan angin) seperti pasir, batu pecah, bata merah, bekisting, dan lain sebagainya.
Ø  Material yang terlindung di bawah atap (yang tidak terkena air hujan, panas matahari dan terlindung dari bahaya pencurian)  seperti paku,  kawat pengikat, tripleks, baja tulangan, pipa-pipa, semen portland dan lain-lain.
Tempat penyimpanan semen portland harus cukup kokoh dan kedap air. Semen-semen yang masih utuh di dalam kantong tidak boleh ditumpuk lebih dari 2 m karena semen yang bawah akan mendapat tekanan yang lebih besar, sehingga mengakibatkan terjadinya gumpalan semen atau pecahannya kantong semen. Selain itu tumpukan kantong semen harus diletakan lebih dari 50 cm dari dinding gudang dan minimal 30 cm dari lantai.

Pekerjaan Persiapan Suatu Proyek

Pada pekerjaan pembangunan suatu proyek biasanya diawali dengan pekerjaan persiapan. Adapun pekerjaan persiapan tersebut meliputi:

Perencanaan Site Plane

            Yang termasuk dalam Perencanaan Site Plane adalah:
1.      Kantor Proyek
Kantor proyek dibangun sebagai tempat bekerja pagi para staf baik staf dari Kontraktor, Pengawas maupun Pemilik Proyek di lapanga, yang dilengkapi dengan ruang-ruang kerja staf, ruang rapat, ruang pimpinan, mushola, dan toilet. Seluruh fasilitas dan sarana yang dibangun untuk pekerjaan persiapan ini adalah sementara. Oleh karena itu, desain kantor tersebut juga dibuat tidak permanen.
2.      Gudang Material dan Peralatan
Bahan-bahan yang harus terlindungi dari pengaruh cuaca, seperti semen dan material finishing lainnya harus disimpan dalam tempat tertutup.  Untuk itu diperlukan tempat penyimpanan yang disebut gudang. Sementara itu, gudang peralatan berfungsi untuk tempat penyimpanan alat-alat ringan seperti vibrator untuk pemadatan beton, alat-alat pengukur (theodolit), alat-alat ukur pekerjaan finishing (mesin potong keramik, mesin bor), serta berbagai komponen peralatan lainnya.
3.      Pagar Proyek
Pembuatan pagar proyek adalah suatu pekerjaan pemberian batas terhadap lahan yang akan dibangun. Bahan yang digunakan bisa berupa seng yang ditempel pada batang besi yang berfungsi sebagai penguat.

Perhitungan Kebutuhan Sumber Daya

1.      Kebutuhan Listrik Kerja
Kebutuhan tenaga listrik yang dimaksud, adalah jumlah daya yang diperlukan oleh Kontraktor untuk meleksanakan pekerjaan konstruksi selama pelaksanaan proyek. Sumber daya listrik biasanya deperoleh dari PLN maupun penyediaan genset sendiri, tergantungpenggunaanya. Daya listrik yang diperlukan oleh proyek, meliputi penerangan, AC, Peralatan Kerja, Peralatan Kantor, dan lain-lain.
2.      Kebutuhan Air Kerja
Kebutuhan air kerja untuk keperluan proyek bisa diperoleh dari sumur atau PAM (Perusahan Air Minum). Air diperlukan untuk memenuhi kebutuhan-kenutuhan seperti tolilet, pencucian kenderaan proyek, dan  keperluan lain yang membutuhkan air.

Pembuatan Shop Drawing (Gambar Kerja)

Shop Drawing atau gambar kerja, merupakan acuan bagi pelaksanaan pekerjaan dilapangan. Dengan adanya gambar kerja, maka pekerjaan lapangan menjadi mudah dilaksanakan dan terkendali secara teknis, baik dari segi waktu maupun mutu kerja.

Pengadaan Material untuk Pekerjaan Persiapan

Metode pelaksanaan untuk pengadaan materila tidak ada yang khusus. Untuk pekerjaan persiapan, belum banyak memerlukan material. Material yang dibutuhkan terutama hanya untuk kebutuhan pembuatan perakitan Kantor Proyek, Gudang, Pagar, dan bangunan-bangunan yang bersifat sementara lainnya.

Mobilisasi Demobilisasi

Mobilisasi pekerjaan dan persiapan diperlukan untuk membawa personil, peralatan, pemasokan, dan suplemen lain ke lokasi proyek. Demobilisasi adalah mengeluarkan alat-alat dan suplemen lain saat proyek telah selesai.

Pengukuran Awal

Sebelum melakukan pekerjaan pondasi dilakukan pengukuran titik-titik yang akan dijadikan pondasi dengan alat ukur Theodolite. Pengukuran dimaksudkan untuk mencari ketepatan letak dan elevasi muka tanah. Selain itu pekerjaan lanjutan seperti Pelat Lantai, Kolom dan Balok juga memerlukan pengukuran seperti ini.
Secara umum pengukuran bertujuan untuk menjamin:
·   Elemen struktur yang akan dibangun terletak sesuai dengan lokasi yang digambarkan pada gambar rencana.
·        Pelat lantai dan balok terletak pada elevasi yang benar dan datar horizontal.

·       Kolom berdiri dengan vertical sempurna, dan kolom pada satu lantai benar-benar terletak pada satu garis lurus dengan kolom pada lantai lain.

Pengawasan dan Pengendalian Mutu Suatu Proyek

Dalam pelaksanaan mutu material dan mutu pelaksanaan kontraktor harus:
·         Menggunakan merk dan spesifikasi sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat
·         Melaksanakan test mutu
·         Melampirkan laporan test.
Test yang dilakukan antara lain:
A.    Slump Test
Sebelum dilakukan pekerjaan pengecoran, beton yang akan digunakan di uji terlebih dahulu. Slump Test bertujuan untuk mengetahui kekentalan beton. Pada proyek ini uji Slump harus memiliki hasil 14±2. Tetapi jika hasil dari uji Slump ternyata dibawah yang ditentukan maka beton tersebut akan diberikan zat admixture yang bernama Superplasticizer. Jenis admixture ini bertipe F yang berfungsi mengurangi air sampai 12% atau bahkan lebih.
Berikut adalah tahap proses Slump Test:
1.      Ambil sampel beton lalu masukan kedalam kerucut Abrams setinggi ±10 cm atau ±1/3 dari tinggi kerucut.
2.    Lalu ditumbuk dengan batang besi sepanjang 60 cm sebanyak ±25 kali. Ulangi tahap 1 dan 2 untuk lapisan ke 2 dan ke 3. Kemudian ratakan.
3.     Kemudian angkat kerucut Abrams secara perlahan-lahan, biarkan adukan beton menurun dengan sendirinya.
4.      Setelah itu letakan kerucut disamping benda uji, lalu ukur menggunakan meteran penurunan yang terjadi dengan pembacaan perbedaan tinggi kerucut dengan tinggi rata-rata keruntuhan adukan beton. Tinggi Slump yang diijinkan sesuai spesifikasi pada proyek ini adalah 14 cm dengan koreksi ±2 cm.
B.     Pembuatan Sampel Uji Kuat Tekan Beton
            Uji ini dilakukan untuk mengetahui kuat tekan dari suatu campuran beton Benda uji yang dibuat               pada proyek ini berbentuk silinder berukuran 15×30 cm. Dibuat 3 sampel dari setiap Truck Mixer.
            Langkah-langkah pembuatan sampel adalah sebagai berikut:
1.      Letakan cetakan silinder di permukaan yang rata.
2.   Isi cetakan dengan adukan beton sebanyak 3 lapis. Setiap lapis dipadatkan dengan batang penumbuk sebanyak 25 kali.
3.      Biarkan beton mengering selama 24 jam.
4.      Setelah kering buka cetakan dan masukan sampel kedalam bak air.
5.      Pengujian beton dilakukan saat umur beton mencapai 7, 14 dan 28 hari.
C.    Pemeriksaan Tulangan

           Pemeriksaan tulang dilakukan pada saat tulangan tiba di lokasi proyek. Pmeriksaan tulangan                     meliputi jumlah tulangan, diameter tulangan, dan test tekuk dan tarik.

Pengawasan dan Pengendalian Pelaksanaan Suatu Proyek

Dalam pengawasan dan pengendalian pelaksanaan di lapangan, kontraktor harus:
1.      Mengikuti dan terikat pada semua persyaratan yang telah ditentukan dan disepakati bersama seperti:
      - Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
      - Spesifikasi Teknis
      - Gambar pelaksanaan (Construction Drawing)
2.      Mematuhi semua peraturan yang berlaku.
3.     Mengajukan shop drawing dan gambar detail kepada Konsultan Pengawas untuk diperiksa dan disetujui terlebih dahulu sebelum pekerjaan dimulai.
4.   Bertanggung jawab terhadap keamanan bahan material yang akan dan telah terpasang sebelum serah terima dilaksanakan.
5.  Mengajukan surat ijin pelaksanaan terlebih dahulu kepada Konsultan Pengawas untuk semua item pekerjaaan yang akan dimulai disertai dengan dokumen shop drawing yang telah diperiksa dan disetujui.
6.      Melakukan pengujian terhadap pekerjaan yang telah terpasang.
7.      Menjalankan K3L di proyek, yaitu:
      - Menggunakan perlengkapan pelindung tubuh (helm, rompi, sepatu boot)
      - Sarana pertolongan pertama pada kecelakaan
      - Kebersihan dan kerapihan
      - Pencegahan bahaya kebakaran
      - Memasang rambu-rambu peringatan
      - Lampu penerangan yang memadai

8.      Membuat laporan yang berisi bobot progress kemajuan pekerjaan, foto dokumentasi dan catatan cuaca.

Thursday 17 October 2013

AIR KOTOR



Ada beberapa istilah yang perlu diketahui, diantaranya adalah :

·         Limbah : adalah bahan buangan (bahan yang sudah tidak terpakai). Limbah terdiri dari limbah padat dan limbah cair.

·         Limbah padat : adalah bahan buangan yang berbentuk padat, biasanya disebut sampah.

·         Limbah cair : adalah bahan buangan yang berbentuk cair. Termasuk dalam limbah cair diantaranya adalah : air kotoran, air bekas, dan air hujan.

·         Air kotoran : adalah air buangan yang mengandung kotoran manusia.

·         Air bekas : adalah air buangan yang berasal dari alat-alat plambing lainnya, seperti bak mandi (termasuk bath tub), bak cuci tangan, bak cuci dapur, dan lain-lainnya yang tidak mengandung kotoran manusia.

·         Air kotor : adalah air buangan yang terdiri dari air kotoran dan air bekas.

·         Air hujan : adalah air yang jatuh dari atas (langit).

·         Riol (riool) : adalah pipa yang digunakan untuk menyalurkan air limbah. Sistem yang digunakan di indonesia adalah sistem terpisah, oleh karena itu riol (riool) hanya digunakan untuk mengalirkan air kotor.

·         Riol Gedung : adalah bagian dari sistem pembuangan air kotor yang membentang dari ujung saluran pembuangan gedung dan menyalurkan buangannya ke saluran pembuangan kota, pribadi, atau tempat pembuangan lainnya yang dibenarkan.

·         Riol (riool) kota : adalah jaringan saluran pembuangan air kotor di kota, yang menghubungkan saluran riol gedung dengan unit pengolahan air kotor kota. Karena di Indonesia sistem pengaliran air kotor dengan sistem pengaliran air hujan terpisah. Oleh karena itu fungsi dari riol kota hanya untuk mengalirkan air kotor, lebih spesifik lagi air kotor rumah tangga atau limbah cair rumah tangga.

Air kotor dari bangunan gedung disebut juga air limbah domestik atau air limbah rumah tangga.

Seperti telah dijelaskan diatas, air kotor adalah air bekas atau air buangan yang berasal dari kegiatan sehari-hari rumah tangga, yaitu semua jenis air buangan rumah tangga yang berasal dari : mandi, dapur, mencuci, kakus, dan lain sebagainya. Jadi air kotor juga mengandung kotoran manusia (excreta, faeces).

Faeses mengandung zat organik, anorganik, bakteri (baik yang pathogen, maupun yang tidak pathogen, seperti bakteri coli) dan kadang-kadang juga cacing atau telur cacing. Disamping itu, proses pembusukan faeses, terutama didalam air terus berlangsung, sehingga akan menimbulkan bau yang kurang baik. Oleh karena itu faeses, perlu dikelola dengan baik dan benar, agar tidak menimbulkan bau yang kurang baik, dan penyebaran penyakit. Karena air kotor mengandung faeses, maka air kotor pun perlu dikelola secara baik dan benar.

Sistem pembuangan air kotor pada bangunan gedung ada 2 (dua) cara yaitu :

·         Sistem individu (on site)

·         Sistem terpusat (of site)

Sistem individu atau disebut juga “on site system” adalah sistem pembuangan air kotor rumah tangga dari tiap-tiap rumah tangga/bangunan gedung atau beberapa rumah/bangunan gedung.

Sistem terpusat atau disebut juga “off site system” adalah sistem pembuangan air kotor dari tiap-tiap rumah/bangunan gedung, dialirkan/dibuang bersama-sama dengan menggunakan sistem perpipaan (disebut sistem rioolering) ke unit pengolahan air kotor untuk suatu kawasan atau kota.

 

1.2       SISTEM PEMBUANGAN AIR KOTOR


Bagian-bagian yang penting dalam sistem plambing air kotor diantaranya adalah sebagai berikut :

·         Perpipaan (sistem perpipaan)

·         Perangkap

·         Pipa ven

·         Lubang pembersih

·         Bak penampung dan pompa

 

1.2.1    Perpipan (Sistem perpipaan)


Sistem pembuangan air kotor dalam bangunan gedung dapat dijelaskan sebagai berikut :

 

“Air kotor yang dibuang malalui alat-alat saniter, dialirkan melalui pipa pembuangan air kotor ke tempat pengolahan air kotor (septic tank atau unit pengolahan air kotor melalui riool kota)”.

 

Pada umumnya air kotor mengalir secara gravitasi, penggunaan pompa hanya untuk memompa air kotor dari bak penampung air kotor yang berlokasi di bagian bawah bangunan (basement) ke unit pengolahan air kotor.

Sarana pengaliran air kotor pada umumnya berupa perpipaan. Bahan pipa yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

·         Tidak mudah bocor

·         Tahan terhadap asam

·         Tahan terhadap cuaca, untuk pipa yang diletakan di luar bangunan gedung

Nama-nama perpipaan yang ada dalam sistem plambing air kotor diantaranya adalah :

·         Pipa cabang mendatar

·         Pipa tegak

·         Saluran pembuangan gedung

·         Pipa ven

 

Fungsi dari pipa-pipa tersebut adalah :

 

Ø  Pipa cabang mendatar :

adalah pipa pembuangan mendatar yang menghubungkan pipa pembuangan alat plambing dengan pipa tegak air buangan. Berfungsi untuk mengalirkan air kotor dari alat plambing ke pipa tegak air kotor.

Dalam sistem plambing air kotor, sistem pembuangan harus mampu mengalirkan air buangan dengan cepat, dan biasanya air buangan mengandung bagian-bagian padat.

Oleh karena itu pipa pembuangan cabang mendatar harus mempunyai ukuran dan kemiringan yang cukup, sesuai dengan banyaknya dan jenis air buangan yang harus dialirkan. Pada umumnya kemiringan pipa pembuangan cabang mendatar sebesar 2 %.

Ø  Pipa tegak :

adalah pipa pembuangan air kotor yang menghubungkan pipa cabang mendatar dengan pipa saluran pembuangan gedung.

Ø  Saluran pembuangan gedung :

adalah bagian jaringan pipa terendah dari sistem pembuangan air kotor yang menerima air kotor dari seluruh jaringan pipa air kotor, dan menyalurkannya ke tempat pengolahan air kotor. Kemiringan saluran pembuangan gedung sebesar (0,50 – 4) %.

Ø  Pipa ven : adalah pipa yang dipasang untuk sirkulasi udara ke seluruh bagian sistem pembuangan air kotor, dan mencegah terjadinya kerja sifon dan tekanan balik pada perangkap.

 

Garis tengah pipa air kotor pada umumnya lebih besar dari garis tengah pipa air minum, untuk garis tengah air kotor yang terkacil adalah 2 inci, bila tidak mengangkut faeses. Untuk pipa yang bersal dari 1(satu) kloset (wc), diameter pipa terkecil adalah 3 inci. Oleh karena itu pemasangan pipa air kotor tidak dapat ditanam didalam dinding, tetapi harus diluar dinding, agar tidak terlihat perlu ditutup oleh penutup yang serasi dengan kondisi dinding yang bersangkutan. Bisa juga pipa mendatar diletakan pada lokasi antara lantai atas dengan plafon. Dan pipa tegak diletakan pada shaf.

Perlengkapan (assessoris) pipa air kotor diantaranya adalah sebagai berikut : Soket, belokan (elbow), reducer, tee, dop, Cleanout (CO) atau lubang pembersih.

 

Fungsi dari perlengkapan tersebut adalah sebagai berikut :

 

·         Soket , berfungsi untuk menyambung 2(dua) pipa yang lurus.

·         Belokan (elbow), berfungsi untuk menyambung 2(dua) pipa yang berubah arah (belok). Dalam sistem pembuangan air kotor, karena yang terangkut dalam pengaliran air adalah benda kasar (faeses), maka belokan tidak boleh terlalu tajam, oleh karena itu untuk belokan dipergunakan elbow, bukan knie seperti air minum.

·         Reducer. Pada sistem pengaliran air kotor sebenarnya tidak dikenal reducer, tetapi pembesaran pipa, dimana fungsinya untuk menyambung pipa kecil dengan pipa yang lebih besar. Reducer yang dipergunakan juga dari type long radius reducer.

·         Tee, berfungsi untuk menyambung 3 (tiga) buah pipa menjadi satu. Dalam sistem pembuangan air kotor, karena yang terangkut dalam pengaliran air adalah benda kasar (faeses), maka pertemuan pipa tidak boleh terlalu tajam, oleh karena itu untuk sambungan ini dipergunakan “Tee Y”, bukan tee seperti air minum.

·         Dop, berfungsi untuk menutup ujung pipa.

·         Lubang pembersih (cleanout), berfungsi untuk pemeliharaan pipa

 

Untuk menentukan ukuran pipa air kotor baik pipa cabang mendatar, pipa tegak, saluran pembuangan gedung, dan pipa ven tergantung dari banyaknya dan jenisnya alat-alat saniter yang ada didalam bangunan gedung tersebut